Selamat Datang di Kawasan Penyair Tanah Bumbu Terima Kasih Kunjungan Anda

Senin, 29 Maret 2010

Oka. Miharzha.S



Oka. Miharzha.S terlahir di Birayang Kabupaten Hulu Sungai Tengah, tgl 6 Desember 1961, iya diberi nama oleh orang tuanya, AbdulKarim, iya menghabiskan masa pendidikannya dari TK sampai Perguruan Tinggi ( S1 dan S2 ) di Banjarmasin. Disamping sebagai penyair iya juga dikenal oleh warga Kalimantan Selatan sebagai Tokoh Mahasiswa/pemuda di Banjarmasin, Barabai, Pelaihari dan sekitarnya, sehingga mengantarkan iya sempat berkiprah di dunia politik, dan pernah menjadi , Ketua DPD KNPI TK II Tanah Laut, Ketua Palang Merah Indonesia Cabang Kabupaten Tanah Laut, Wakil Sekretaris DPD Golkar Tanah Laut dan Anggota DPRD Kabupaten Tanah Laut
Mulai menulis puisi sejak tahun 1978 ketika masih bersekolah di SPGN Banjarmasin, karya-karyanya pernah terbit/ dipublikasikan diberbagai media cetak daerah dan nasional, serta ikut dalam beberapa antologi puisi bersama penyair Banjarmasin, Hulu Sungai Tengah ( Barabai ), Tanah Laut ( Pelaihari ), Kalimantan dan Kalimantan Selatan.
Karirnya sebagai PNS di awali dari Guru Honorer pada SD, SMP, MTsn, SMU, di Banjarmasin, sejak Tahun 1988 iya diangkat sebagai PNS menjadi Guru SMEAN 1 Pelaihari/SMKN 1 Pelaihari, Kepala SMK Muhamadiyah Pelaihari dan Pengawas SLTP/SMU/SMK pada Dinas Pendidikan Kabupaten Tanah Laut. Sejak Tahun 2003 hijrah ke Kabupaten Tanah Bumbu, sebagai Kabag TU Bawasda, Kabag Humas Setda Tanbu, Sekretaris DPRD Tanbu, dan sekarang diberi kepercayaan oleh bupatinya sebagai Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tanah Bumbu.ALAMAT RUMAH :
Jln Kupang RT 07 no 18 Sari Gadung Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu.


Dalam Hujan di Bulan September

Dalam hujan ada garis-garis hujan dan lembayung yang
menghelanya ke muara das
dan ke bibir sungai terpecah tempiasnya ke ujung atau
muara laut
keliuk garis batas cahaya dan bayang pepohonan yang
usang tandus gersqang lagi, mati
Kulihat ada orang-orang menangis mengangkat kotak
terasa kulkas
memeluk guling terasa istri dan kulihat rumah-rumah
hanyut
menghilang ditelan gelombang pasang bandang
di atas jembatan di sana juga tergolek tubuhku
dunia sekarang edan katanya
teruskah aku berjalan memasuki keedanan dan
kesengsaraan tanpa batas ini Tuhan ?
atau aku ikut menangis ngikek ketawa sendiri dalam kamar
aku tak rela dikatakan orgil apalagi sebagai wadam atau
homoseks
disana ada nama-nama
di Lauhil mahfudz katanya memang aku adalah anak penyair
anak karet, anak petani, anak gunung meratus yang telah
diturunkan dari rahim ibuku
rahim yang hijau,padi yang menguning,burung yang
berkicau,mega yang putih
menjalarkan mengalirkan air, sepoi angin penuh kedamaian
rambutku yang dulu hitam
kugerai sekarang helainya telah memutih Ya Allah
nomor-nomor kemaksiatan dosa dan penyesalan belum
membawaku
kepintu taubat hingga dalam hari-hari di batas garis-garis
hujan di bulan September
orang-orang masih berteduh di bawah bendera-bendera
yang mengatakan
akulah pejuang,akulah pejuang,akulah pejuang, akulah
yang akan memenangkan di republik ini
Sesekali aku meludah,sesekali aku merenung, sesekali aku
seakan merengek tapi aku tidak gila menjadi anak
pengemis
aku memang adalahy anak karet
mulut dan gigikumerasa berdarah putih odol tianshi
katanya tak akan berbau lagi
dan bau itu adalah baunya surga yang lebih dulu kuraih
tapi orang pada bilang tubuhku bau sekali
menghilangkan keharuman Ya Allah, aku takut mati

Aku, tapi tidak takut mati asalkan aku direbahkan
disurgaMu
tubuhku saat ini memang mati, kering dirundung ujung
napas-napasku di sana
bola-bola mata hilang menjelma menjadi bulu-bulu roma
merinding
bergetar seperti meninggalkan bekas rasa sakit
meruntuhkan rohku di akhir bianglala malaikat maut

Kedalam hujan teruslah aku mengayuh bahteraku
angin mencubit pinggangku, rambutku dikusutNya,
mataku dinanarkanNya
telingaku sedikit ditulikanNya, kepalaku menjadi kepala KPU
kepala penuh uban
kata Presiden Republik Mimpi
tempias
tempais
tempias air hujan masuk ke kamarku
aku tak bisa bersetubuh dengan selimutku paling asli
aku tak akan berselingkuh dengan selimut-selimut lain
Tuhan
selimutku memang asli suci
cantik

Diujung hari-hari ini, aku berbisik karena senja menggiring
bayang-bayang ke batas pengadilan Tuhan
gigiku semakin ompong, rambutku botak disamping putih
cahaya telah berbias spektrumnya tak keruan dan bayang
merebut keseberang
apakah aku akan datang
keneraka
Dalam hujan ini ternyata ada apa ?
Tetes takdir merenggut nyawa
Dalam hujan ini tidak hanya rahmat
tapi juga sampai malapetaka
apakah di dalam dosaku ada pahala Ya Allah
ingin kereguk beranjak malam
apakah dalam puasaku
ada puasa lain,tidak hanya lapar dan haus ku peroleh
Tuhan ?
Karena senja adalah duka dan laraku
jemputlah aku Kasih
satukan di tanah kelahiran birayang

Batulicin, 27 September 2008


RINDUKU MURAKATAKU

Lihatlah kasih aku rindu disini
masih sangat mencintaimu
walau telah menjauh dari pelukanmu
kucoba tetap setia seperti dulu
aku tak mengerti
apakah karena
kau tetap tegar menanti, aku kembali
dan kedatanganku pasti
di usia yang hampir setengah abad ini

Lihatlah kasih murakataku
kalau kau tak mau
kutinggal pergi lagi
raihlah cintaku, tanpa ragu-ragu
betapa indahnya, kasih
Murakataku, diakhir perjalanan hidup kita ini
semua telah rampung, tak perlu ada penyesalan
rinduku, murakataku, telah menyatu

Birayang, juni 2011.


KAU BUKAN SEKEDAR PERSINGGAHAN

Kaukah yang mengirim sms rindu itu, yang mengusik lelahku
ya, Insya Allah kubaca dan kubalas
rindumu dan rinduku, saling bertumpu
tapi mengapa kau tak mengatakan sejujurnya
mengajak rujuk denganku
memberi kesempatan padaku,lebih mencintai
mengabdi, berbakti, kepada yang pantas kuterima
kalau memang saling membutuhkan
mengapa ini harus terjadi
izinkan aku bersandar didadamu
kau bukan sekedar persinggahan
yang direkayasa
Hantakan, juni 2011


KIDUNG ROH KIDUNG ILLAHIAH

Baiklah kutinggalkan saja kisah-kisah masa lalu, suatu hari nanti akan kulepas segala luka sembilu, dengan kekawanan mengembarakan arakan perasaan, harapan, bahkan mimpi kesempurnaan
Ketika orang-orang memilih jati diri, lewati waktu, hari, minggu, bulan dan tahunan
menghayati curhatan perbedaan takaran persamaan di ujung jari dan bibir mulut,
kusapa iya, dengan cinta
rongga dadaku jadi menyeruak, mengendapkan tanda tanya, menyentak tanganku
tinggalkan potret lama itu
Kawanku berkhotbah di atas mimbar bulu angsa, ikut-ikutan berjubah seperti dai kondang,
lengangkan kenistaan, semuanya memutih, lalu kusahut dalam hati : “ Ahmadur Rasullullah, Muhammadur Rasullullah “, berkali-kali sebanyak tiga puluh lima kali
khotbahnya ada roh yang tak tahu dari mana asalnya, tampaknya serba mungkin ,roh itu berkidung berdimensi ganda, bercahaya hitam dan putih sama-sama kuat mencuatkan ilham, keramahan, kesyahduan menggiring aku menemani hari-hari mencabuti dosa-dosa kejahatanku dari atas mimbar bulu angsa
Jemaah beringsut pelan meninggalkan mesjid, sepakat memerangi ketidakpastian
mereka bernyanyi kidung-kidung roh menata bilik-bilik jihad dalam kehidupan beragam ladang pengabdian, padahal masih banyak dalil-dalil bijak lain yang pantas disapa, direguk dalam-dalam, sebagai maklumat jatuh cintanya pada kidung roh kidung illahiah
Aku dan kekawananku, sepakat pula melaksanakan pesta pernikahan sebab kami sama-sama mencintai, terlanjur kasmaran sembari beritikaf
Aku ajak mereka singgah di rumah cinta, tak perduli dengan kidung-kidung lain yang menjauh dari hidayahNya
Memang tak perlu keluh-kesah lagi, bercintalah, mari mabuk bercinta sampai larut usia
Pada setiap malam, hingga dini hari
siapa tahu kelak lumpur-lumpur dosa yang berkarat terkikis semua
biarlah aku hanya memperoleh hadiah sebuah rumah minimalis
bercahaya terang-benderang terlihat dari balik daun jendelanya
masih kudengar lantangnya kidung roh kidung illahiah, yang lebih lembut dan manusiawi

Batulicin, rajab 1432 H

Tidak ada komentar: